Label

Jumat, 17 November 2017

Sepatu Baru

"Ya Allah, nakkk....!! kok begini amat sih rupamu. Dasar jorokk..!!" (Teriak mama sambil menarik baju kotorku dan  menjewer telingaku).Saat itu aku tidak berani melakukan pembelaan, mungkin karena rasa takutku yang sangat besar. Aku hanya pasrah saja merasakan sakit ditelinga karena dijewer. Tapi semenit kemudian mama jadi baik banget, menyuruh aku bersih diri dan menyiapkan makanan dan minuman hangat yang enak buatku.
Setelah selesai mandi, mama menyuruhku makan dan tidak menunda-nunda lagi. Mama duduk tepat di depan meja makanku. " makanlah, habiskan ya!, mama nggak mau kamu sakit!" perintah dan pintanya kepadaku.

Dengan perasaan yang masih takut dan ragu-ragu, aku menghabiskan makanku. Sambil sesekali melihat mata mamaku yang terus mengawasiku. Aku takut kalau tidak dihabiskan, akan tambah satu jeweran lagi di telingaku. dan akan berlanjut kemarahan mama. Lagipula makanan ini adalah menu kesukaanku. tentu saja aku mampu menghabiskannya. bathinku.

Alhamdulillah, makanku habis dan aku membereskan piring yang ada di meja, ketika aku bangun  hendak mencuci piring, mama memintaku duduk di kursi kembali. Akupun duduk seperti yang mama minta. tapi kali ini tidak berani menatap matanya. aku yakin mama akan melanjutkan ceramah marahnya kali ini.

Mama kemudian pindah posisi duduk, beliau sekarang berada disamping kananku. tangan kirinya tiba-tiba mengelus pundakku. Serasa ada aliran sungai yang berjalan di punggungku saat itu. mamapun membuka dialog;

" Maafkan mama ya,tadi telah menjewermu ! ucapnya dengan nada datar.
"Mama hanya kaget, dan spontan saja berbuat seperti ini. pasti kamu tadi kesakitan ya?" tanya mama padaku. Aku tidak menjawabnya, yang kulakukan hanya menundukkan kepala.

"Kamu tidak perlu menjawab dengan kata-kata, cukup lakukan saja  yang mama pinta. mama menyayangimu nak, ini tangan mama.. peluklah mama, kalau kamu sudah memaafkan mama dan sayang pada mama"

30 detik berlalu....... (aku masih menunduk dan mama masih menunggu reaksiku)
Baiklah Putri, maafkan mama yang tidak bisa menjadi tauladan bagimu dalam memberikan kasih sayang. mama banyak sekali kekurangan. tapi percayalah, apapun yang mama lakukan , semuanya untuk kamu, untuk membahagiakan kamu.

"Mama menyayangimu"

Setelah mengucapkan kata-kata itu, mama bangun dari kursi dan pergi menuju kamar lalu menutupnya dengan pelan. lalu aku..?
Tanpa berusaha mengejar mama dan tanpa reaksi memeluknya. aku menatap kepergian mama dan pergi menuju kamarku lalu merebahkan diri di kasur. Ya, kasur yang aku kangeni selama 1 minggu tidak pernah aku pakai karena mengikuti kegiatan sekolah di luar kota.

Senang rasanya bisa kembali lagi ke kamar dan menikmati empuknya kasur kamarku. semenit kemudian aku terdiam dan tiba-tiba memikirkan mama. kenapa mama harus minta maaf dan memohon-mohon maaf dariku? padahal akulah yang sebenarnya bersalah telah memancing mama menjadi demikian emosi.
kenapa begitu sombongnya aku, tidak memaafkan dan tidak mau memeluknya, karena rasa sakit di telinga masih terasa.

Kenapa aku merasa menjadi orang yang egois kepada orangtuanya sendiri, terutama mama. Mama yang selalu ikhas merawatku, melayaniku layaknya seorng princes di sebuah kerajaan.
Ah aku serasa seperti sepatu baru, yang paling di inginkan, paling di rawat dan paling dibanggakan, sehingga patut sombong karena kalau dipakai akan menjadi perhatian semua orang.

Tapi sebagus dan semahal  apapun sepatu baru, tetap seharusnya rendah diri, rendah hati..karena toh ia letaknya berada pada bagian tubuh paling bawah yaitu sebagai alas kaki manusia.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar