Bicara adalah sebuah kebutuhan bagi
sebagian besar perempuan di jagad raya ini. Karena memang harus melalui
bicaralah mereka bisa menuangkan semuanya. Ya... yaa.. semuanya. Segala kesenangan,kesedihan,kegalauan bahkan kebingungan
di ungkapkan dengan bicara.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa wanita
lebih banyak bicara dibandingkan laki-laki. Hanya sekian perseratus persen
wanita di bumi ini sedikit bicara, selebihnya adalah sosok-sosok yang ramai
berkata-kata.
Dari berkata-kata itulah, wanita
menunjukkan apa yang menjadi keinginan dan impiannya, walau kadang kurang
dipahami atau kurang dimengerti kaum pria. Tetap saja bicara merupakan
kebutuhan primer bagi kaum wanita.
Ketika bicara melewati batas kewajaran,
ketika kata-kata yang keluar dianggap tidak mewakili persoalan apapun, dan
ketika ucapan itu melontarkan hal-hal
yang diluar nalar alam pikiran maka disitulah sebenarnya bicara sudah tak lagi
berarti apa-apa.
Mengapa???
Karena sejatinya bicara haruslah
mengandung makna yang dapat dipahami pendengarnya. Sehingga mereka bisa
merespon langsung saat mendengar apa yang kita ucapkan. Bentuk respon kepahaman
adalah mereka menanggapi atau mengomentari pembicaraan kita.
Lihatlah orang-orang yang marah, berapa
banyak sumpah serapah yang keluar dari mulutnya,berapa banyak kata-kata yang
tak berarti apapun telah boros dikeluarkan dengan penuh tenaga. Dengan sia-sia
semuanya tak berarti apa-apa bahkan tak berpahala dalam catatan agama.
Masih ingatkah pepatah yang mengatakan
“Mulutmu Harimaumu”?
Sobat, jangan sampai kita terjebak dalam
lubang perangkap yang kita buat sendiri. Sungguh merugi waktu yang kita gunakan
ketika kita lalai telah berbicara diluar batas kewajaran. Apa sajakah itu, yang
dimaksud bicara diluar batas kewajaran?
Mungkin disini saya bisa ambil gambaran
kebanyakan yang ada di masyarakat umum, misalnya:
1. Bicara berlebihan tidak sesuai
kenyataan, seperti tong kosong nyaring bunyinya. Ketika teman kita tahu bahwa
apa yang kita bicaraan adalah suatu kebohongan. Maka mereka tidak akan
menganggap apapun yang keluar dari ucapan kita adalah suatu kebenaran. Hanya
angin lalu, tidak berarti sama sekali.(capek kan)
2. Bicara penuh khayalan, dan tidak mau move on dari
hayalan tersebut, orang akan bosan mendengarnya (seperti mendengarkan sebuah
dongeng saja, huf...t capek dech!) .
3. Selalu membully atau membicarakan
kejelekan orang lain. Yang mendengarnya ikut-ikutan panas dan gerah toh.Nah,
yang kayak gini nih, jauhin aja dech!
4. Selalu marah-marah tanpa sebab. Nah
ini yang menakutkan. Karena bisa dikira orang yang kesurupan atau kerasukan
makhluk halus. Widihhh... heheheh.
Sekedar mengingatkan kawan, bahwa
sebagian besar penghuni neraka adalah wanita, wanita yang salah satunya adalah
mereka yang tidak bisa menahan ucapannya/bicaranya.
Ada baiknya bagi-kita-kita
yang doyan sekali berkata-kata belajar untuk “ Silent”, untuk mengerem omongan yang notabene tidak bermanfaat.
Sebenarnya tidak enak juga kan kalau
kita bicara tidak didengarkan alias di cuekin. Nah.. maka dari itu agar ucapan
kita dianggap dan ditanggapi dengan
respon yang baik, belajarlah bicara yang berkualitas. Seperti mengajak kepada hal –hal yang positif,
menginformasikan sesuatu yang bermanfaat atau
saling mengingatkan secara wajar.
Yuk bersama-sama tebar kebaikan dengan
bicara yang bermanfaat, dengan bicara yang penuh arti dan bisa menyadarkan diri
siapapun untuk bisa juga lebih baik dari sebelumnya.
Wow..
BalasHapusAja