Label

Rabu, 15 November 2017

KETIKA BICARA TAK LAGI BERARTI



Bicara adalah sebuah kebutuhan bagi sebagian besar perempuan di jagad raya ini. Karena memang harus melalui bicaralah mereka bisa menuangkan semuanya. Ya... yaa.. semuanya. Segala  kesenangan,kesedihan,kegalauan bahkan kebingungan di ungkapkan dengan bicara.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa wanita lebih banyak bicara dibandingkan laki-laki. Hanya sekian perseratus persen wanita di bumi ini sedikit bicara, selebihnya adalah sosok-sosok yang ramai berkata-kata.

Dari berkata-kata itulah, wanita menunjukkan apa yang menjadi keinginan dan impiannya, walau kadang kurang dipahami atau kurang dimengerti kaum pria. Tetap saja bicara merupakan kebutuhan primer bagi kaum wanita.
Ketika bicara melewati batas kewajaran, ketika kata-kata yang keluar dianggap tidak mewakili persoalan apapun, dan ketika  ucapan itu melontarkan hal-hal yang diluar nalar alam pikiran maka disitulah sebenarnya bicara sudah tak lagi berarti apa-apa.

Mengapa???
Karena sejatinya bicara haruslah mengandung makna yang dapat dipahami pendengarnya. Sehingga mereka bisa merespon langsung saat mendengar apa yang kita ucapkan. Bentuk respon kepahaman adalah mereka menanggapi atau mengomentari pembicaraan kita.
Lihatlah orang-orang yang marah, berapa banyak sumpah serapah yang keluar dari mulutnya,berapa banyak kata-kata yang tak berarti apapun telah boros dikeluarkan dengan penuh tenaga. Dengan sia-sia semuanya tak berarti apa-apa bahkan tak berpahala dalam catatan agama.

Masih ingatkah pepatah yang mengatakan “Mulutmu Harimaumu”?
Sobat, jangan sampai kita terjebak dalam lubang perangkap yang kita buat sendiri. Sungguh merugi waktu yang kita gunakan ketika kita lalai telah berbicara diluar batas kewajaran. Apa sajakah itu, yang dimaksud bicara diluar batas kewajaran?

Mungkin disini saya bisa ambil gambaran kebanyakan yang ada di masyarakat umum, misalnya:
1. Bicara berlebihan tidak sesuai kenyataan, seperti tong kosong nyaring bunyinya. Ketika teman kita tahu bahwa apa yang kita bicaraan adalah suatu kebohongan. Maka mereka tidak akan menganggap apapun yang keluar dari ucapan kita adalah suatu kebenaran. Hanya angin lalu, tidak berarti sama sekali.(capek kan)
2. Bicara  penuh khayalan, dan tidak mau move on dari hayalan tersebut, orang akan bosan mendengarnya (seperti mendengarkan sebuah dongeng saja, huf...t capek dech!) .
3. Selalu membully atau membicarakan kejelekan orang lain. Yang mendengarnya ikut-ikutan panas dan gerah toh.Nah, yang kayak gini nih, jauhin aja dech!
4. Selalu marah-marah tanpa sebab. Nah ini yang menakutkan. Karena bisa dikira orang yang kesurupan atau kerasukan makhluk halus. Widihhh... heheheh.
Sekedar mengingatkan kawan, bahwa sebagian besar penghuni neraka adalah wanita, wanita yang salah satunya adalah mereka yang tidak bisa menahan ucapannya/bicaranya. 

Ada baiknya bagi-kita-kita yang doyan sekali berkata-kata belajar untuk “ Silent”,  untuk mengerem omongan yang  notabene tidak bermanfaat. 
Sebenarnya tidak enak juga kan kalau kita bicara tidak didengarkan alias di cuekin. Nah.. maka dari itu agar ucapan kita dianggap  dan ditanggapi dengan respon yang baik, belajarlah bicara yang berkualitas. Seperti mengajak  kepada hal –hal yang positif, menginformasikan sesuatu yang bermanfaat atau  saling mengingatkan secara wajar.

Yuk bersama-sama tebar kebaikan dengan bicara yang bermanfaat, dengan bicara yang penuh arti dan bisa menyadarkan diri siapapun untuk bisa juga lebih baik dari sebelumnya.

1 komentar: